Minggu, 24 April 2011

Cacing tanah dan Bulan


                     Pada zaman dahulu kala hiduplah seekor cacing tanah yang hidup dalam tanah. Untuk sekedar informasi, cacing tanah yang ini tidak ada hubungan keluarga dengan tikus tanah atau kacang tanah. Cuma namanya aja mirip. Cacing ini hidupnya kesepian. Sering sendirian sampai disebut penyendiri. Daerah yang ia kunjungi biasanya Cuma di tanah-tanah yang minim getaran (keramaian), misalnya dia sering berjalan-jalan di tanah sawah, atau di hutan, jarang sekali dia turun di bawah aspal atau jalan raya, karena dia emang gak suka keramaian. Sesekali di waktu malam dia muncul ke permukaan tanah untuk melihat ke angkasa. ya benar dia lagi menganga menatap si bulan pujaanya.
                     Ketika itu purnama si cacing keluar dari tanah seperti biasanya. Dia melihat kagum pada bulan yang sangat jauh tapi begitu terang di setiap sudut bumi. Si bulan tentu saja tidak dapat melihat cacing tanah yang sangat kecil dari jarak yang begitu jauh.  Si bulan hanya melihat bumi secara makro. Yang bisa dilihat bulan Cuma bumi yang warna-warni yang indah.
Ok kita kembali  lagi ke cacing. Si cacing terus tersenyum malam itu, dia sangat suka melihat sosok bulan yang tegas dan bersinar. Bentuk bulatan dari bulan dinilainya sangat proporsional, cahayanya matching dengan warna bintang waktu itu, sedikit asesoris pada permukaan bulan yang dibuat oleh meteor-meteor terlihat trendy bagi sang cacing. Sambil di iringi lagu “just the way you are” dari mas Bruno  dia terus senyam-senyum sendiri malam itu. Mirip tony blank sih.. tapi kita sedang tidak membahas itu. Subhanallah..
Dan dapat di tebak bila sang cacing itu berkeinginan untuk bisa menjadi sang bulan juga, karena si bulan sendirian, cacing juga ingin menemani sang bulan bersinar bersama-sama menerangi bumi. Hhh… percuma saja. Cerita ini tidak mungkin berkata bahwa cacing nanti bisa menyala kayak lampu trus hidup bahagia bersama-sama bulan. Maksa banget kan kalo gitu.
Sehebat apapun sang cacing tanah itu tidak akan merubah takdirnya yang seharusnya makan minum e*k-nya di dalam tanah menjadi sang bulan yang berada di atas kepala makhluk bumi tanpa mengatakan “nyuwun sewu” (baca: permisi) dan dengan segala kemegahannya.
Tiap harinya  si cacing memikirkan keindahan bulan. Dia sangat termotivasi untuk dapat seperti sang bulan. Berguna bagi orang banyak. Rupanya si cacing anaknya cukup pesimis. Dia mulai berpikir keras untuk lebih berguna hidupnya itu. Karena itu akhir-akhir ini dia lebih sering ke perpustakaan untuk mencari reverensi. Salah satu buku yang dia baca adalah “how to be useful by your self 1. for mollusca and vermes ”. Selain itu dia juga sharing sama ulat bulu atau semut pekerja. Tapi Cuma sekali curhat sama kepompong, karena si kepompong jarang ngomong. Bisanya Cuma manthuk-mantuk (manggut-manggut).  Sampai pada akhirnya dia menemukan cara agar bermanfaat bagi semua . inilah list yang dia buat untuk menjadi lebih berguna bagi makhluk lain. Cekit ot: (nb : click read more)