Pada zaman dahulu kala hiduplah seekor cacing tanah yang
hidup dalam tanah. Untuk sekedar informasi, cacing tanah yang ini tidak ada
hubungan keluarga dengan tikus tanah atau kacang tanah. Cuma namanya aja mirip.
Cacing ini hidupnya kesepian. Sering sendirian sampai disebut penyendiri.
Daerah yang ia kunjungi biasanya Cuma di tanah-tanah yang minim getaran
(keramaian), misalnya dia sering berjalan-jalan di tanah sawah, atau di hutan,
jarang sekali dia turun di bawah aspal atau jalan raya, karena dia emang gak
suka keramaian. Sesekali di waktu malam dia muncul ke permukaan tanah untuk
melihat ke angkasa. ya benar dia lagi menganga menatap si bulan pujaanya.
Ketika itu purnama si cacing keluar dari tanah seperti
biasanya. Dia melihat kagum pada bulan yang sangat jauh tapi begitu terang di
setiap sudut bumi. Si bulan tentu saja tidak dapat melihat cacing tanah yang
sangat kecil dari jarak yang begitu jauh. Si bulan hanya melihat bumi secara makro. Yang
bisa dilihat bulan Cuma bumi yang warna-warni yang indah.
Ok kita kembali lagi
ke cacing. Si cacing terus tersenyum malam itu, dia sangat suka melihat sosok
bulan yang tegas dan bersinar. Bentuk bulatan dari bulan dinilainya sangat
proporsional, cahayanya matching dengan warna bintang waktu itu, sedikit asesoris
pada permukaan bulan yang dibuat oleh meteor-meteor terlihat trendy bagi sang
cacing. Sambil di iringi lagu “just the
way you are” dari mas Bruno dia
terus senyam-senyum sendiri malam itu. Mirip tony blank sih.. tapi kita sedang tidak membahas itu. Subhanallah..
Dan dapat di tebak bila sang cacing itu berkeinginan untuk
bisa menjadi sang bulan juga, karena si bulan sendirian, cacing juga ingin
menemani sang bulan bersinar bersama-sama menerangi bumi. Hhh… percuma saja.
Cerita ini tidak mungkin berkata bahwa cacing nanti bisa menyala kayak lampu
trus hidup bahagia bersama-sama bulan. Maksa banget kan kalo gitu.
Sehebat apapun sang cacing tanah itu tidak akan merubah
takdirnya yang seharusnya makan minum e*k-nya di dalam tanah menjadi sang bulan
yang berada di atas kepala makhluk bumi tanpa mengatakan “nyuwun sewu” (baca:
permisi) dan dengan segala kemegahannya.
Tiap harinya si
cacing memikirkan keindahan bulan. Dia sangat termotivasi untuk dapat seperti
sang bulan. Berguna bagi orang banyak. Rupanya si cacing anaknya cukup pesimis.
Dia mulai berpikir keras untuk lebih berguna hidupnya itu. Karena itu
akhir-akhir ini dia lebih sering ke perpustakaan untuk mencari reverensi. Salah
satu buku yang dia baca adalah “how to be useful by your self 1. for mollusca and vermes ”.
Selain itu dia juga sharing sama ulat bulu atau semut pekerja. Tapi Cuma sekali
curhat sama kepompong, karena si kepompong jarang ngomong. Bisanya Cuma manthuk-mantuk (manggut-manggut). Sampai pada akhirnya dia menemukan cara agar
bermanfaat bagi semua . inilah list
yang dia buat untuk menjadi lebih berguna bagi makhluk lain. Cekit ot: (nb : click read more)