Senin, 30 Mei 2011

Jadi kakak itu mengesankan


            Jadi anak terakhir itu cukup mengharukan. Seperti aku, anak ke-dua dari dua bersaudara. Lihat saja fenomena yang terjadi misal: pembagian uang saku (pas masih taman kanak2). Aku ingat sekali ibuk’ku bilang “ adek-kan sek cilik, dadi sangune cilik pisan yo” (karena adik masih kecil, uang sakunya juga kecil ya..) mbak’ku tertawa dengan tangan di pinggang.
Ada lagi pas waktu TK juga,
            Setiap ada teman ibuku yang menanyakan bapakku lagi dimana pasti bilangnya gini “hei, jeng…. Nangdi bapak’e Retno?” (retno = nama kakakku), nah mengapa gak namaku yang disebut?? Apa mereka gak tau aku mendengar obrolan mereka itu. Kapan aku disebut sebagai icon keluargaku juga? Habis itu aku pasti manyun dan pergi mencoret-coret buku gambarku, untuk melupakan apa yang telah terjadi. Dan mbak’ku tertawa dengan tangan di pinggang.
Itu Cuma beberapa kasus, sebenarnya buanyak banget. Tapi saat ini berbeda. Kakakku yang di atas itu sudah menikah dan punya anak. Itu berarti aku jadi Om…… \(^0^)/ ow.. yeah….
            Kalian tau apa artinya itu? Karena aku masih dalam katagori “muda” dan belum nikah, jadi seorang Om itu berasa kayak jadi kakak. Dan Allah mengijinkan aku untuk menikmati indahnya jadi seorang kakak. Huah… rasanya mirip kelinci pakek pita ijo tua dan menemani anak kelinci yang bunder kecil kayak kapas. Pokoknya seruuuuu….
            Keponakan-ku itu imud banged. Saya ulangi sodara-sodara, imud banged (aku jarang lho pakek akhiran ’d’ pada kata ‘banget’). Apalagi sekarang umurnya 1,5 tahun lebih gitu. Itu lucu2nya dari tingkah anak umur segitu bukan? Aku heran dan bangga, kenapa si tata (panggilan dari keponakanku) bisa lucu banged seperti itu? Padahal aku gak segitunya dan cenderung biasa aja. lihat balita lainnya. Apa ini sensasi sebagai seorang kakak pada adiknya.
Dan ternyata benar dugaanku. Bukan aku saja yang merasa si tata ini super imud. Tapi seluruh dunia mengakui keimud’tannya. Bukan besar2in sodara sendiri. Tapi inilah buktinya
kalo gak jelas gambarnya di klik aja biar gedhe
 
             Nah… para GEJErs bisa lihat sendiri di barisan no 5 dari kanan.. itu keponakanku. Dia ternyata salah satu anggota dari girlband korea kenamaan SNSD. Tau kan SNSD?? kalo gak tau tanya mbah google deh.. Nah… apa ini??? kenapa si tata bisa masuk girlband yang terkenal itu. Tentu saja ada sejarahnya.(click read more)

Kamis, 19 Mei 2011

Mungkin Malang Tempo Doeloe


          Postingan edisi special event Malang Tempo doeloe, jadi fontnya juga special biar vintage gitu... somoga gak bingungin yang baca.
          Malang tempo doeloe, ow yeah… ini adalah semacam program dari kota malang diperuntukan buat warga agar bisa menikmati suasana dan berbagai macam kebudayaan kota malang pada tempo dulu. Banyak berdiri stand-stand beratapkan daun jagung yang dikeringkan, dinding dari 'gedhek-gedhek' (bhs. Indonesianya gedhek ap y….?), penyinaran oleh lampu obor, pengenalan barang-barang yang bersejarah dari kota malang dan banyak banget yang jual gulali, itu lho gula yang di panasin sampai leleh trus di gulung-gulung dengan bambu sebagai pegangan. Ditambah semua yang datang menggunakan kostum ala kuno gitu, aku aja pake’ bajunya bapaku pas masih muda, yang tidak sengaja ditemukan pas bersih-bersih lemari tua. Untung aja cocok haha..(I love u dad). Ya…. Semuanya berkumpul jadi satu dan berjalan di jalan Ijen. Prediksiku sih tidak lama lagi jalan itu gak akan dinamai jalan ijen lagi (‘ijen’ dlm bhs jawa berarti ‘sendiri’), mungkin namanya ganti jadi jalan ‘Rame’ atau jalan ‘Rame Banget’, atau jalan ‘Rame Banget Macet’ atau jalan ‘Tak Ijen Lagi’ (kyk judul lagu ne… ^.^) ow yeah..
          Tapi kedatangan ku ke acara ini pada 19 april 2011 kemarin membuat arti yang berbeda. Awal kedatangan (tepatnya pas selesai parkir kendaraan) aku merasakan hal yang berbeda. Dan ternyata, aku lupa pakai celana.. 
 
hooo tidak bukan begitu, aku lupa gk bawa ‘bakul’ buat dagang gula kacang, 
waa…. bukan bukan itu, lebih bahaya dari itu, aku lupa menyelamatkan sasuke yang lagi bertarung dan hampir mati.. haha.. ow yeah…
bukan kok aku juga gak tau apa yang terjadi, di ujung sana aku lihat banyak keramaian, dan itu rame banget. Kalo aku cacing tanah, pasti aku lebih milih menunggu pagelaran ini selesai dan baru aku bermain sendiri disana. Aku agak kurang nyaman aja di tengah keramaian seperti itu. Mirip seperti kelinci di tengah danau dengan sebuah rakit kecil. Agak kurang nyaman gitu.
          Sembari itu tetap aku susuri yang namanya Malang Tempo Doeloe itu, berjalan dan melihat sisi kuno kota malang. Bulan tak hadir di malam itu, begitu juga para bintang. Langit diatas ubun-ubunku masih bersama awan yang gelap. Hhh… kok jadi tambah mellow ya..  semacam pertanda buruk. Sesak dan penuh..    maksud saya penuh banget. Sejenak aku teringat petuah ibuku dulu pas masih kecil, beliau bilang “yud.. kalo penuh disiram ya….” Hhh… maaf ibu, aku tak dapat melakukan itu kali ini…
Karena gak ada kerjaan selain jalan aku memperhatikan semua muka yang ada didepanku. Aku amati ekspresi mereka dan menebak apa yang sedang dipikirkannya. Seorang cewek lengkap dengan pasangannya yang tertawa lepas, ya benar dunia sedang di kontrak mereka. Seorang ibu menggendong anaknya sambil bertengkar ma anaknya sendiri, mungkin dia lagi mikir tempat yang cocok untuk membuang anaknya itu. Seorang pria dewasa yang serius banget makan gulali,
mungkin bambu penyangga gulalinya ikut ke makan. Seorang cowok ganteng mempesona sedang bernyanyi lagu melankolis, ow.. itu aku sendiri tapi dalam angan saja ^.^ . Sekelompok anak2 dengan pakaian punk, emo, slankers ato apalah dengan muka tebal godain cewek yang lewat.. padahal eike gak suka di godain gitu… ihh… pliss deh.. jeunk…. 
Tapi yang menarik perhatianku adalah sepasang mata dari seorang gadis, terus melihat kebawah dengan muka masam, seakan dia (click read more)

Jumat, 06 Mei 2011

Nyoba ikutan karena go green

                Gak tau knp aku fans banget tentang  yang bertema "go green". Nah kemarin tanggal 21 Mei 2011 ada lomba Essay tentang go green.... lha ni ceritanya aku ikutan. padahal aku gk pernah buat essay. jangan kan buat... tau aja nggak.. rumus baru dalam hidupku "go green dulu, baru essay". apa sih essay itu?. kebetulan salah satu temen ngajak tentang seminar membuat essay dan cerpen. ya udah slanjutnya aku ikut ae...
               deng.......... langsung ke pengumuman... ternyata aku gk juara. gpp. yang penting uda ikutan acara yang "go green go green" gitu... hahaha..... (timbul kebanggaan tersendiri). nah karna lomba-nya udah kelar boleh donk tak publish disini haha... dari pada nganggur diem di hardisk. ok langsung... silakan menikmati essay perdana saya... kritik dan saran ojo lali yooo..... biar kl buat lagi lbh mancaap... thanks be4


Mental SD Terkadang Lebih Baik
            Perjalanan pulang kampung di musim penghujan sungguh berat, terutama bagi aku seorang pengendara sepeda motor. Waktu yang biasa ku tempuh dari Malang menuju rumahku di Probolinggo sekitar 2.5 jam, dengan kecepatan sekitar 50-70 Km/jam. Tapi pada musim hujan tahun 2009 waktu perjalanan bisa sampai 3.5 jam dan untuk tahun 2011 malah sampai 4.5 jam. Ini sama dengan waktu yang di perlukan dari malang menuju jember. Kasus ini terjadi karena kendala yang sama di setiap tahunnya. Penyebabnya adalah banjir di daerah Pasuruan. Khususnya di kecamatan Ngopak. Air hujan yang turun deras membuat sungai-sungai di daerah tersebut meluap memenuhi jalan. Sekilas pemandangan saat itu mirip di danau yang saya lihat di discovery chanel, sekeliling memandangan cuma air keruh menggenang. karena berhektar-hektar sawah-sawah di sekitarnya juga tenggelam oleh air. Bedanya ‘danau’ baru ini tidak ada binatang-binatang buasnya seperti di acara TV favoritku itu.
            Dari pengalamanku tersebut terlihat ada masalah yang tak kunjung reda tapi malah tambah buruk keadaanya. Di berita dari TV tahun ini juga lebih banyak terdapat banjir yang melumpuhkan akses jalan utama di berbagai tempat. Ok, masalahnya adalah banjir. Sekarang mengapa intensitas banjir meningkat? Apakah penyebab banjir terebut?.
            Pertanyaan terakhir ini mengingatkan ku pada masa SD dulu. Apakah penyebab banjir? Pasti dengan percaya diri aku akan menjawabnya dengan ‘buang sampah di kali, Pak’. Nah lihat, ketika aku SD sudah diajarkan betapa tidak boleh membuang sampah di kali. Teman-teman dari sekolah lain pun aku pikir juga sependapat denganku. Ketika SMP, pertanyaan itu kembali muncul. Apakah penyebab banjir? Jawabanku kali ini lebih kompleks dari yang dulu. ‘karena eksploitasi hutan secara liar, tidak lancarnya aliran sungai dan atau pembukaan lahan pertanian di daerah resapan air’. Bagaimana dengan sekarang? Apakah jawaban-jawaban itu masih benar dan berlaku? Jawabanya ya, masih. Tercatat di daerah resapan air di pasuruan mengalami penyempitan oleh pembukaan lahan pertanian. Banyak juga sampah yang tersudut di sungai sebagai wujud ketidaktauan dan ketidak pedulian warga setempat. Alhasil inilah yang mereka dapatkan. Selain banjir tersebut melupuhkan akses jalan utama, banjir juga merendam sawah-sawah di daerah itu. Sebagian rumah warga juga di genangi air setinggi lutut disertai juga penyakit-penyakit bawa’an banjir. Banjir yang terjadi juga semakin hebat tiap tahunnya.
            Sebenarnya apa yang terjadi? Bukankah pelajaran membuang sampah dan melindungi hutan sudah di ajarkan sejak aku masih kecil. Kenapa masih terjadi pelanggaran seperti itu?. Apa ada yang salah dari pengajaranya? Atau ada yang salah dengan manusianya?.
            Kita bisa lihat masalah membuang sampah sembarangan saja bisa menjadi musibah seperti diatas. Aku mulai memikirkan fenomena yang sering terjadi disekitarku. Misalnya dikampus atau di jalan umum. Masih banyak orang yang dengan ringannya membuang bungkus permen sembarangan. Seperti tidak ada rasa takut di dirinya untuk melakukan itu. Memang sih, nanti ada petugas kebersihan yang akan menangani bungkus itu. Tapi yang aku bicarakan adalah mental orang-orang seperti itu. Kenapa tidak membuangnya pada tempatnya? Apakah tidak di ajari oleh sekolahnya? Bagaimana mengenai sampah-sampahnya yang lebih besar?. Itu hal yang salah. Dan aku yakin, bila aku yang benar kalau hal itu salah. Dia bersalah meskipun bila aku masih anak SD. Bagaimana sikap orang seperti itu di masa mendatang? Apa yang ia contohkan kepada keturunannya? Mungkin ini fenomena(click read more)