Kamis, 19 Mei 2011

Mungkin Malang Tempo Doeloe


          Postingan edisi special event Malang Tempo doeloe, jadi fontnya juga special biar vintage gitu... somoga gak bingungin yang baca.
          Malang tempo doeloe, ow yeah… ini adalah semacam program dari kota malang diperuntukan buat warga agar bisa menikmati suasana dan berbagai macam kebudayaan kota malang pada tempo dulu. Banyak berdiri stand-stand beratapkan daun jagung yang dikeringkan, dinding dari 'gedhek-gedhek' (bhs. Indonesianya gedhek ap y….?), penyinaran oleh lampu obor, pengenalan barang-barang yang bersejarah dari kota malang dan banyak banget yang jual gulali, itu lho gula yang di panasin sampai leleh trus di gulung-gulung dengan bambu sebagai pegangan. Ditambah semua yang datang menggunakan kostum ala kuno gitu, aku aja pake’ bajunya bapaku pas masih muda, yang tidak sengaja ditemukan pas bersih-bersih lemari tua. Untung aja cocok haha..(I love u dad). Ya…. Semuanya berkumpul jadi satu dan berjalan di jalan Ijen. Prediksiku sih tidak lama lagi jalan itu gak akan dinamai jalan ijen lagi (‘ijen’ dlm bhs jawa berarti ‘sendiri’), mungkin namanya ganti jadi jalan ‘Rame’ atau jalan ‘Rame Banget’, atau jalan ‘Rame Banget Macet’ atau jalan ‘Tak Ijen Lagi’ (kyk judul lagu ne… ^.^) ow yeah..
          Tapi kedatangan ku ke acara ini pada 19 april 2011 kemarin membuat arti yang berbeda. Awal kedatangan (tepatnya pas selesai parkir kendaraan) aku merasakan hal yang berbeda. Dan ternyata, aku lupa pakai celana.. 
 
hooo tidak bukan begitu, aku lupa gk bawa ‘bakul’ buat dagang gula kacang, 
waa…. bukan bukan itu, lebih bahaya dari itu, aku lupa menyelamatkan sasuke yang lagi bertarung dan hampir mati.. haha.. ow yeah…
bukan kok aku juga gak tau apa yang terjadi, di ujung sana aku lihat banyak keramaian, dan itu rame banget. Kalo aku cacing tanah, pasti aku lebih milih menunggu pagelaran ini selesai dan baru aku bermain sendiri disana. Aku agak kurang nyaman aja di tengah keramaian seperti itu. Mirip seperti kelinci di tengah danau dengan sebuah rakit kecil. Agak kurang nyaman gitu.
          Sembari itu tetap aku susuri yang namanya Malang Tempo Doeloe itu, berjalan dan melihat sisi kuno kota malang. Bulan tak hadir di malam itu, begitu juga para bintang. Langit diatas ubun-ubunku masih bersama awan yang gelap. Hhh… kok jadi tambah mellow ya..  semacam pertanda buruk. Sesak dan penuh..    maksud saya penuh banget. Sejenak aku teringat petuah ibuku dulu pas masih kecil, beliau bilang “yud.. kalo penuh disiram ya….” Hhh… maaf ibu, aku tak dapat melakukan itu kali ini…
Karena gak ada kerjaan selain jalan aku memperhatikan semua muka yang ada didepanku. Aku amati ekspresi mereka dan menebak apa yang sedang dipikirkannya. Seorang cewek lengkap dengan pasangannya yang tertawa lepas, ya benar dunia sedang di kontrak mereka. Seorang ibu menggendong anaknya sambil bertengkar ma anaknya sendiri, mungkin dia lagi mikir tempat yang cocok untuk membuang anaknya itu. Seorang pria dewasa yang serius banget makan gulali,
mungkin bambu penyangga gulalinya ikut ke makan. Seorang cowok ganteng mempesona sedang bernyanyi lagu melankolis, ow.. itu aku sendiri tapi dalam angan saja ^.^ . Sekelompok anak2 dengan pakaian punk, emo, slankers ato apalah dengan muka tebal godain cewek yang lewat.. padahal eike gak suka di godain gitu… ihh… pliss deh.. jeunk…. 
Tapi yang menarik perhatianku adalah sepasang mata dari seorang gadis, terus melihat kebawah dengan muka masam, seakan dia (click read more)
menghawatirkan sesuatu. Apakah dia juga merasakan gundah yang aku rasakan? Merasakan sisi gelap dari keramaian ini? tiba-tiba dia di bopong ke sisi jalan oleh teman-temannya. ternyata gadis itu mau pingsan kayaknya. Kecapek’an atau gak makan, atau penyakit ular bulu stadium 4-nya kambuh. Hhh kira’in,,, go to hell aj mbak. (mang ad ya.. penyakit ular bulu??)

go to hell go to hell go to hell
           Aku masih kosong dan mencoba menarik kesedihan waktu itu. Dan terus memperhatikan sekitarku. Dan tiba-tiba semua jadi suram, gelap dan pasi. Aku baru sadar. Setiap aku melangkah, dapat di pastikan kakiku menendang sampah yang berserakan disana. Wadah minuman, plastic bungkusan banyaklah. Dan itu terjadi disepanjang pagelaran itu. Hhh… ada apa dengan orang–orang ini. Atau aku yang gak mengikuti mereka, skali lagi aku bicara mengenai mentalnya dalam membuang sampah. Bukan sok suci atau ter - doktrin tentang go green. Tapi hal seperti ini dapat membuat sedih hati kecil ini. dan benar malam itu cukup membuat sedih perasaanku (sings :GEJErs juga manusia, punya rasa punya hati…. ‘by serious’).
          Tapi yud… try to positive, amati dampak baik yang terjadi. Bukankah di setiap kesedihan terdapat sesuatu yang baik dan dapat di pelajari. Mungkin yang lagi pacaran lebih mantap lagi m pasangannya dan segera menikah (yyeeeyyy…).
Ibu-ibu tadi jadi terbebas dari tekanan dan keribetan mengurus anak, karena anaknya udah di buang di pagelaran itu dan dipungut oleh om-om tajir yang tobat dan baik hati.
 Pria dewasa pemakan gulali itu juga, sesudah itu dia berjanji tidak akan makan gulali lagi seumur hidupnya, (karena bambu pegangan gulalinya nyangkut di usus buntunya) ini baik buat penyakit diabetesnya. 
Mungkin anak2 jalanan itu bisa dapat kepuasan menggoda cewek2 yang lewat… (maaf yang ini maksa, lha menurutku gk ad manfaatnya). Dan mungkin buat saya sendiri, 4 jam yang aku habiskan di malam itu, tak akan pernah kembali. Jadi akan merugi jika aku sedih sepenuhnya sampai akhir. Dan aku bahagia tanpa alasan di akhir perjalanan pulang. Yaay… hhh…

2 komentar: